Kehidupan di Tanah Manggarai, Nusa Tenggara Timur bersama Pejuang Muda Kemensos RI

SOSIO FISIP UNS (19/1)-Pejuang Muda sebagai program kolaborasi  antara Kemensos RI bersama Kemendikbud-Ristek Dikti dan Kementerian Agama meggandeng mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk ikut berkontribusi dalam menangani kemiskinan serta permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Sebanyak 5.140 mahasiswa terpilih yang ditempatkan di 514 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Kabupaten Manggarai menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi lokasi penempatan Pejuang Muda. Sebanyak sembilan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia dipersatukan dan ditempatkan di Kabupaten Manggarai. Saya, Andi Akmal Fauzan mahasiswa S1 Sosiologi FISIP UNS berkesempatan menjadi salah satu bagian Pejuang Muda Kabupaten Manggarai tahun 2021. Pejuang Muda Manggarai berkolaborasi dengan dinas/instansi dan stakeholder setempat untuk menemukan solusi dari permasalahan sosal yang ada.

Aktivitas dan implementasi program Pejuang Muda disajikan dalam bentuk kegiatan verifikasi   dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) serta pemberdayaan masyarakat berupa Team Based Project.  Selama kurang lebih dua bulan, tim Pejuang Muda Manggarai telah mendata sekitar kurang lebih 2.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk diverifikasi dan validasi pada aplikasi SAGIS. Sembari melakukan verifikasi dan validasi DTKS, kami juga melihat fenomena sosial serta potensi yang ada di Kabupaten Manggarai untuk dijadikan objek dari projek sosial yang kami ajukan. Salah satu potensi di Kabupaten Manggarai yang kami lihat, yaitu mengenai budidaya tanaman Porang. Hal ini didasarkan pada potensi dan kondisi di Kabupaten Manggarai yang mendukung bahwa tanaman porang ini memiliki potensi yang besar dan dapat dikembangkan oleh kelompok tani lokal, serta mengadakan digital Campaign pengadaan alat elektronik (Laptop) di MTs Fatima, Kabupaten Manggarai.

Berada di lingkungan baru membuat saya banyak belajar mengenai bagaimana beradaptasi, toleransi, budaya, adat istiadat, bahasa, hingga kekeluargaan yang begitu erat. Keramah-tamahan masyarakat saat melakukan verifikasi dan validasi DTKS juga menjadi kenangan yang tidak dapat dilupakan. Meskipun akses jalan kurang memadai, banyak daerah blankspot, sanitasi rendah dan beberapa fenomena sosial yang ada, tetapi inilah pengalaman baru yang saya temui. Di Kabupaten Manggarai ini saya dapat melihat secara langsung bagaimana keadaan masyarakat yang sesungguhnya dengan berbagai fakta sosial, terlebih masyarakat timur. Masih banyak masyarakat yang hanya mengandalkan lahan di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kondisi  rumah yang seadanya. Keluhan masyarakat di lapangan membuat saya belajar lebih bersyukur. Pengalaman di atas hanyalah sepenggal dari perjalanan yang dapat saya ceritakan selama mengikuti Program MBKM Pejuang Muda. Di samping itu, Program Pejuang Muda yang selaras dengan jurusan Sosiologi tentu banyak ilmu yang dapat diaplikasikan secara riil. Sehingga, untuk teman-teman yang ingin menjadi bagian dari agent of change, program ini merupakan kesempatan emas untuk membuat perubahan nyata di masyarakat.

Penulis : Andi Akmal Fauzan

 

 

 

 

Add a Comment

Your email address will not be published.