Cultural Pathways Kaji Resiliensi Kejawen di Era Modern
SOSIO FISIP UNS (23/12) — Program inovasi Cultural Pathways yang digagas oleh Tim Hibah MBKM UNS 1167 di bawah bimbingan Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si., yang beranggotakan delapan mahasiswa Program Studi Sosiologi FISIP UNS angkatan 2022, yaitu Verra Yuniar Kusumasari (D0322130), Restie Cholifaturahmah (D0322100), Revania Galdis Dewanti Putri (D0322101), Santi Enggar Tyasning (D0322113), Shalina Rahmawati (D0322119), Syifa Salsabila (D0322126), Wahyu Nur Azizah (D0322131), dan Wahyu Nur Wachidah (D0322132), menggelar diskusi bertema “Resiliensi Kejawen di Era Modern” pada Selasa, 10 Desember 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan budaya Kejawen di Surakarta agar tetap relevan di tengah modernisasi tanpa menghilangkan esensi kearifan lokalnya.
Budaya Jawa sering kali dikaitkan dengan “wong Jowo ojo lali Jawane.” Namun, bagaimana istilah tersebut menjadi keterbalikan “wong Jowo uwis lali Jawane.” Pergeseran tersebut menjadi sindiran kekhawatiran akan terkikisnya nilai-nilai tradisional di tengah arus modernisasi. Surakarta dengan branding sebagai “The Spirit of Java” menjadi sorotan atas eksistensi nilai-nilai tradisi Jawa.
Tim Hibah Riset UNS menginisiasi sebuah diskusi mendalam yang mengkaji eksistensi Budaya Kejawen di Surakarta sebagai bentuk respon atas dinamika tersebut. Diskusi yang berlangsung di Ruang Sidang 1 FISIP UNS ini diikuti oleh dosen dan mahasiswa Sosiologi Masyarakat Jawa, Penghayat Kejawen, budayawan, kerabat Keraton Surakarta, dan alumni Sosiologi UNS, yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide untuk saling mengetahui dari berbagai kacamata atau sudut pandang yang dapat memberikan pengetahuan posisi dan relevansi budaya Kejawen saat ini. Diskusi dilakukan secara Focus Group Discussion (FGD) ini mengangkat dua tema utama, yaitu pergeseran resiliensi Kejawen dalam konteks sosial modern dan hubungan Kejawen dengan identitas budaya masyarakat urban di Kota Surakarta.
Pada sesi pertama, diskusi menyoroti peran media sosial dan keterlibatan generasi muda dalam menyebarluaskan ajaran Kejawen di era digital. Sementara itu, sesi kedua menekankan pentingnya branding Kota Surakarta sebagai kota modern dan kota budaya, serta pemanfaatan ruang publik untuk menginternalisasikan nilai-nilai Jawa agar tetap diterima oleh generasi muda.
FGD ini mengungkap bahwa Kejawen menghadapi tantangan besar akibat modernisasi dan teknologi. Melalui program ini, diharapkan dapat memperkuat ketertarikan masyarakat terhadap ajaran dan nilai-nilai Kejawen sebagai bagian dari identitas budaya Jawa. Dengan demikian, Surakarta diharapkan mampu mempertahankan eksistensi budaya Jawa sebagai tradisi turun-temurun di tengah arus modernisasi serta perkembangan teknologi yang semakin berkembang.
Penulis: Verra Yuniar Kusumasari (D0322130), Restie Cholifaturahmah (D0322100), Revania Galdis Dewanti Putri (D0322101), Santi Enggar Tyasning (D0322113), Shalina Rahmawati (D0322119), Syifa Salsabila (D0322126), Wahyu Nur Azizah (D0322131), dan Wahyu Nur Wachidah (D0322132)