Kuliah Tamu, Pengetahuan Lokal Masyarakat Malaysia dalam Menghadapi Bencana

SOSIO FISIP UNS (9/10) – Kegiatan kuliah tamu sebagai rangkaian Guest Lecture Series Semester Ganjil Tahun Akademik 2024 kembali dilaksanakan pada Rabu, 9 Oktober 2024. Guest Lecture Series merupakan rangkaian kegiatan mata kuliah yang menghadirkan dosen tamu yang bekerjasama dengan Department of Anthropology, College of Art and Sciences, University of Saskatchewan (USask), Canada dan Sociology Program, Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM). 

 

Kuliah tamu ketiga merupakan inisiasi dari mata kuliah Sosiologi Lingkungan Semester 5 Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Pada kesempatan kali ini, kuliah tamu bertema “Disaster: Local Experience and Knowledge” menghadirkan Dr. Sarina Yusoff yang merupakan dosen dan peneliti aktif di Sociology Program, Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM). Kuliah tamu dibuka dengan sambutan dari Dr. Siti Zunariyah, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Mata Kuliah yang menyambut hangat adanya kolaborasi dengan harapan untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman yang baru bagi mahasiswa. Kegiatan dilanjutkan oleh Maharani Dean Pramudita selaku moderator acara yang membantu berjalannya acara kuliah tamu, yang kemudian mempersilahkan Dr, Sarina Yusoff untuk memaparkan materi.

 

Dr. Sarina membuka materi dengan penjelasan mengenai bencana alam. Berdasarkan definisi dari berbagai ahli, bencana dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang terjadi di luar jangkauan manusia dan bisa berlaku secara tiba-tiba serta dapat memberikan kerugian untuk alam dan manusia. Sehingga bencana dapat memberikan dampak dalam skala kecil maupun skala besar di masa yang akan datang. Bencana tidak hanya disebabkan karena kondisi alam, tetapi dapat dipicu dari tindakan manusia yang dapat memperburuk bencana, misalnya pada perubahan iklim yang didukung karena perilaku manusia yang melakukan pencemaran lingkungan. 

 

Terjadinya Bencana juga dapat dipengaruhi oleh adanya faktor sosial, ekonomi, dan politik. Pada lingkup Sosiologi Lingkungan, ketidakseimbangan yang tercipta akibat dari adanya bencana antara alam dan manusia memberikan pengaruh bagi manusia untuk dapat meningkatkan sikap siaga dalam menghadapi bencana. Salah satu contohnya yaitu pengetahuan lokal masyarakat Malaysia yang dijelaskan oleh Dr, Sarina dalam menghadapi bencana. Pengetahuan lokal dapat diartikan sebagai pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan masyarakat yang berhubungan dengan lingkungan khususnya dalam menghadapi bencana yang didapatkan dari generasi ke generasi. 

 

Beberapa contoh pengetahuan lokal masyarakat Malaysia yaitu strategi penyesuaian mata pencaharian setelah bencana, mekanisme adaptasi atau penyesuaian, mekanisme dukungan sosial, dan tata kelola pengurusan bencana. Dalam penjelasan mengenai pengetahuan lokal masyarakat Malaysia dalam menghadapi bencana, Dr. Sarina memberikan contoh pengetahuan masyarakat pada bencana banjir besar di daerah Pantai Timur Malaysia tahun 2016. Bencana banjir tersebut menjadi bencana banjir terbesar yang belum pernah terjadi pada tahun sebelumnya. Dampak negatif yang muncul akibat banjir tersebut antara lain, kerusakan tempat tinggal, kerusakan infrastruktur, hingga kehilangan mata pencaharian. Berbagai bantuan dari masyarakat di Malaysia diberikan kepada korban bencana sebagai bentuk solidaritas dan ikatan yang kuat dalam menghadapi situasi krisis akibat bencana. Pengetahuan lokal dalam menghadapi bencana banjir didapatkan oleh masyarakat berdasarkan pengalaman dalam menghadapi bencana sebelumnya sebagai upaya mengantisipasi adanya dampak bencana.

 

Dr. Sarina memaparkan, pengetahuan lokal masyarakat dalam menghadapi bencana dapat dilihat dari sistem peringatan dini bencana melalui indikator atau pertanda dari alam melalui perilaku hewan, perubahan warna air sungai, dan corak angin dan awan, komunikasi antar masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana dengan menyampaikan informasi bencana, serta kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan peringatan dini bencana. Selain itu, terjadinya bencana membuat masyarakat melakukan penyesuaian atau adaptasi dengan penyesuaian tempat tinggal menjadi rumah panggung dengan bahan yang berkualitas untuk meminimalisir kerusakan, serta perbaikan infrastruktur berupa saluran air dan sungai, dan lain sebagainya diperbaiki sesuai dengan pengetahuan masyarakat setempat. Masyarakat lokal juga menggunakan benteng dari tong bekas dan karung goni yang berisi pasir untuk menghalau banjir masuk ke rumah masyarakat. Penghalau ini juga dilakukan di daerah pesisir pantai, pihak pemerintah juga melakukan antisipasi dengan meletakkan batu-batu untuk menghalau banjir.

 

Adanya bencana banjir tahun 2014 memberikan pembelajaran dan pengalaman di Malaysia berupa pentingnya kekuatan inisiatif masyarakat, dan kolaborasi antara sistem formal dan informal, dan pentingnya peran ketahanan modal sosial melalui kepercayaan, kerjasama kolektif, dan dukungan sosial. Diharapkan dengan begitu dapat menjadi pembelajaran untuk menghadapi bencana dan menjadi modal dalam meminimalisir dampak negatif dari bencana alam. 

 

Penjelasan Dr. Sarina mengenai pengetahuan lokal masyarakat Malaysia dalam menghadapi bencana memberikan pengetahuan dan pemahaman yang baru bagi mahasiswa yang hadir di kuliah tamu. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing mengenai perbedaan dan pengalaman bencana alam yang berada di Malaysia dan Indonesia. Diskusi tersebut memberikan keragaman pengetahuan mengenai pemahaman dan perilaku manusia dalam menghadapi bencana alam. Seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan lancar dan diakhiri dengan sesi dokumentasi yang diikuti oleh pihak yang hadir. 

 

 

Penulis: Triana Rahmawati dan Aisya Lu’luil Maknun