Menelisik Praktik-Praktik Adat dan Budaya, Peneliti Sosiologi FISIP UNS Kunjungi Sekolah Adat Bayan Kabupaten Lombok Utara

SOSIO FISIP UNS (25/7)-Sekolah Adat Bayan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan praktik adat dari generasi ke generasi di Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Untuk menggali data mendalam pada level grassroot, tim peneliti penelitian skema Rumah Program dan Kegiatan Organisi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berjudul “Model Integrasi Sosial Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Lombok Utara” melakukan Focus Group Discussion (FGD) di Sekolah Adat Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini diketuai oleh Yanu Endar Prasetyo, S.Sos., M.Si., Ph.D, Pusat Riset Kependudukan BRIN  dan beranggotakan Dosen Program Studi Sosiologi FISIP UNS, Dr. Argyo Demartoto, M.Si., Dr. Yuyun Sunesti, G.D.Soc., M.A dan Asisten Peneliti Novel Adryan Purnomo, S.Sos serta Dr. I Wayan Ardhi Wirawan, S.Pd., S.Ag., M.Si., I Wayan Sutama, M.I.Kom, Dosen Institut Agama Hindu Negeri (IHN) Gde Pudja Mataram, Ir. C. Yudi Lastiantoro, M.P., Pusat Riset Kependudukan BRIN dan Fatwa Nurul Hakim, S.Sos., M.Sos, Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa dan Konektivitas BRIN.

“Kami membebaskan kepada siswa untuk memilih kelas mana yang akan diikuti, selebihnya kami menekankan kepada siswa untuk ikut praktik dan terlibat dalam acara-acara di masyarakat”, ungkap Renadi, S.Pd, Kepala Sekolah Adat Bayan. Sekolah Adat Bayan mengajarkan nilai dan praktik adat kepada masyarakat untuk mensosialisasikan adat istiadat secara turun temurun. Temuan penelitian menunjukkan, nilai dan praktik adat inilah yang menjadi faktor minimnya konflik yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara. Kabupaten Lombok Utara mampu menggunakan adat sebagai alat untuk meresolusi konflik.

Masyarakat Lombok mempercayai Gunung Rinjani sebagai Daye atau kekuatan bagi masyarakat di sekitarnya. Adanya air, tanah, tumbuhan dan berbagai sumber daya alam bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk mempertahankan hidup. Kebersamaan masyarakat untuk menjaga alam ini direpresentasikan dalam bentuk praktik-praktik adat salah satunya Ritual Gawe Alit yang dilakukan selama 8 tahun sekali. Tidak hanya sebagai sebuah seremoni, ritual ini memerlukan waktu 3 tahun bagi masyarakat untuk mengembalikan kembali kelestarian alam Gunung Rinjani dalam bentuk pelarangan masyarakat untuk mendaki dan mengambil hasil alam dari Gunung Rinjani.

Gundem juga menjadi simbol solidaritas dan kekeluargaan masyarakat adat Bayan. Gundem merupakan kegiatan musyawarah yang rutin dilakukan masyarakat. Dalam musyawarah ini tidak terdapat Kepala Suku dan orang dengan struktur sosial yang lebih tinggi, melainkan semua orang dianggap dalam posisi yang sama. Praktik-praktik adat inilah yang memperkuat solidaritas dan kekeluargaan masyarakat adat Bayan.

Setelah FGD, Tim Peneliti berkesempatan mengunjungi Masjid Bayan Beleq. Masjid ini merupakan salah satu bukti fisik sebagai representasi konsistensi masyarakat untuk merawat adat istiadat.

Penulis : Novel Adryan Purnomo