Memahami Kebutuhan Masyarakat Melalui Program Pejuang Muda KEMENSOS

SOSIO FISIP UNS (19/12)Perkenalkan saya adalah Nadia Amrin dari Sosiologi 2018 salah satu mahasiswa yang tergabung dalam program Pejuang Muda yang di bawa oleh KEMENSOS, KEMENAG juga KEMENDIGBUD. Pejuang Muda diperkenalkan kepada kami kisaran bulan September, yap betul berada pada tengah-tengah semester perkuliahan, namun tidak menjadi alasan ketertarikan pada kegiatan ini. Pejuang Muda dikenalkan dan dibuka resmi oleh ibu Risma dan bapak Nadiem sebagai laboratorium sosial bagi para mahasiswa mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi dampak sosial secara konkret. Melalui Program setara 20 SKS ini, mahasiswa akan ditantang untuk belajar dari warga sekaligus berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah, pemuka masyarakat, tokoh agama setempat serta seluruh stakeholder penggerak sosial di daerah selanjutnya hal ini dikatakan sebagai team based project yang akan dilaksanakan oleh masing-masing tim.

Program akan berfokus pada 4 program dengan tujuan agar program mahasiswa lebih fokus dan terukur dan agar mahasiswa bisa mengikuC program yang sesuai dengan jurusan atau isu yang menarik baginya. Keempat program itu adalah:

Pengembangan Program Bantuan Sosial yaitu poengembangan bantuan sosial yang berkelanjutan. Plus, kegiatan memverifikasi dan validasi (quality assurance) penerima bantuan sosial dan sembako.

Pemberdayaan Fakir Miskin dan Lanjut Usia, inovasi program sosial untuk membantu fakir miskin dan atau lansia

Pola Hidup sehat dan kesehatan lingkungan, Pengembangan program kesehatan lingkungan bagi masyarakat kurang mampu serta memperkuat gaya hidup sehat di seluruh level masyarakat.

Fasilitas untuk kepenCngan umum, Pembangunan fasilitas untuk kepenCngan umum di wilayah pasca bencana (Nusa Tenggara Timur) seperC Micro-hidro, ruClahu dan Community center.

Program yang berjalan selama 3 bulan ini (1 bulan seleksi dan materi yang dilangsungkan secara online) dan 2 bulan mahasiwa terjun langsung di lapangan.  Pejuang Muda tersebar ke seluruh Indonesia dan kali ini penulis mendapatkan kesempatan mengujungi salah satu ibu kotanya yaitu Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Banyaknya perbedaan baik dari geografis, budaya juga norma di masyarakat Kalimantan dengan Jawa (tempat tinggal asal) membuat penulis banyak sekali belajar banyak hal baik dari Bahasa, tata krama juga kebiasaan-kebiasaan baik di masyarakat kalimantan salah satunya adalah tidak boleh menolak pemberian orang lain.

Selama 2 bulan (november – desember), pejuang muda diminta untuk terjun ke masyarakat dengan membawa aplikasi SAGIS dari PUSDATIN untuk mengkroscek keadaan para Keluarga Penerima Manfaat (KPM), setiap PM diberikan 1000  data terkait penerima dalam suatu wilayah, selanjutnya PM diminta untuk mendatanginya dari rumah ke rumah. Dalam pelaksanaannya PM juga diminta untuk lebih peka terkait isu sosial karena di akhir setiap TIM diminta untuk menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Oia perlu diketahui bahwa semua biaya pemberangkatan PM di danai oleh penyelenggara dan setiap pekannya PM mendapatkan uang saku sesuai yang tertera pada kontrak sebelumnya.

Sebagai mahasiswa ilmu sosial terutama berasal dari jurusan Sosiologi pengalaman mengikuti program ini tentu sangat mengesankan, dimana hampir semua teori yang diberikan saat dikelas dapat diaplikan langsung, seperti pemetaan masalah, cara bersosialisasi dengan masyarakat terkait suatu hal, pemberdayaan, membangun tim di dalam masyarakat dan lain sebagainya menjadi hal sangat nyata karena kami terjun dan hidup berdampingan langsung dengan masyarakat. Walaupun program ini hadir ditengah semester, pihak prodi dan universitas tidak mempersulitnya, dimana kami didata dan selanjutnya diberikan SK tugas dapat mengikuti program. Adapun dengan perkuliahan kami mendapat kesempatan untuk merekognisinya walaupun hanya beberapa mata kuliah, dalam kegiatan ini mata kuliah yang dapat direkognisi adalah mata kuliah yang berisikan teori pemberdayaan seperti mata kuliah sosiologi ekonomi, pemberdayaan masyarakat, sosiologi komunikasi, desentralisasi dan masyarakat sipil, juga kami dapat merekognisi KKN dalam kegiatan ini, tentu saja di akhir kami tetap membuat laporan dengan format LPPM.

Akhir kata, banyak sekali yang penulis ingin sampaikan namun sepertinya tidak cukup jika dituangkan dalam tulisan, banyak sekali hal yang didapatkan ketika kita mau mencoba hal baru dan keluar dari zona nyaman, Kalimantan bukan kota yang besar namun memberikan banyak pelajaran di dalamnya, semoga mahasiswa Sosiologi UNS dapat merasakan hal baru lainnya sebelum akhirnya lulus dan benar – benar bersisihan langsung dengan masyarakat.

Penulis : Nadia Amrin

Add a Comment

Your email address will not be published.