Sekar Mutiara, Mahasiswa Sosiologi FISIP UNS Ikuti Program Pejuang Muda Gelombang Pertama Kemensos RI

SOSIO FISIP UNS (23/12) – Program Pejuang Muda merupakan program baru yang diluncurkan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia yang bekerja sama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Angkatan saya merupakan angkatan pejuang muda gelombang pertama, dimana program ini baru diluncurkan pada September 2021 dan berakhir pada Desember 2021. Menurut penjelasan yang ada pada website yaitu https://pejuangmuda.kemensos.go.id/ program pejuang muda ini diharapkan dapat menjadi laboratorium sosial bagi para mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi dampak sosial secara konkret kepada masyarakat dan negara. Disamping menebarkan manfaat untuk sesama, program ini juga membawa dampak bagi kami (mahasiswa yang mengikuti program pejuang muda) karena dapat disetarakan dengan 20 SKS. Melihat urgensi dari program ini maka mahasiswa akan ditantang untuk belajar dari warga sekaligus berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah, pemuka masyarakat, tokoh agama setempat serta seluruh stakeholder penggerak sosial di daerah. Untuk proses seleksinya sendiri terdiri dari beberapa tahap, adapun yang pertama kami harus mendaftar diwebsite pejuang muda kemensos. Adapun beberapa syarat kekutsertaan kami ialah mahasiswa perguruan tinggi aktif minimal sudah berada disemester 5 (lima), ipk minimal 2,75, memiliki pengalaman organisasi di lingkungan kampus maupun luar kampus, memiliki kemampuan kerjasama dan komunikasi yang baik, memiliki komitmen mengikuti dan menyelesaikan program Pejuang Muda, dan bersedia ditempatka diseluruh wilayah di Indonesia. Kemudian kami harus mengirimkan berkas-berkas seperti Curriculum Vitae (CV), Transkrip nilai terakhir, Portofolio (bukti organisasi atau proyek sosial), dan Essay tema Kewirausahaan Sosial sebagai persyaratan seleksi administratif. Setelah itu akan diumumkan siapa saja peserta yang lolos pada tahap seleksi administratif dan lanjut untuk mengikuti seleksi berikutnya yaitu Leaderless Group Discussion (LGD). Dan setelah LGD inilah baru akan diumumkan siapa saya peserta pejuang muda yang berhasil lolos dan segera dikirimkan ke wilayah penugasan masing-masing.

Total keseluruhan peserta Pejuang Muda (PM) yang ditempatkan di 514 Kabupaten/ Kota yang tersebar diseluruh Indonesia ada sekitar 5.140 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu perguruan tinggi yang mengirimkan mahasiswa untuk melakukan pengabdian pada program Pejuang Muda ialah Universitas Sebelas Maret Surakart atau yang lebih dikenal dengan sebutan UNS. Adapun dari beberapa Fakultas di UNS, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) juga turut mengikuti program pejuang muda ini. Terkhususnya untuk Program Studi Sosiologi, FISIP mengirimkan sekitar 8 (delapan) mahasiswa sosiologi yang berasal dari angkatan 18 dan angkatan 19. Adapun dari kedelapan mahasiswa sosiologi ini ditempatkan dibeberapa wilayah yang berbeda, sedangkan saya sendiri (Sekar Mutiara Rachmi Putri Setyawan, Sosiologi 19 FISIP) ditempatkan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap Kabupaten/ Kota memiliki satu tim Pejuang Muda, sedangkan untuk tim Pejuang Muda Bantul terdiri dari 16 (enam belas) mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi. Adapun dalam keberjalanan penugasan tim PM Bantul saya memegang posisi sebagai Koordinator (ketua) Wilayah Bantul yang menjamin keberjalanan program yang akan dilaksanakan hingga selesainya program pada bulan 20 Desember 2021. Saya sendiri melakukan rekognisi pada 18 SKS antara lain pada mata kuliah Sosiologi Pariwisata, Sosiologi Kependudukan, Sosiologi Industri, Sosiologi Perkotaan, Sosiologi Pembangunan, Magang, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Ada dua mata kuliah wajib yang harus saya ambil disemester 5 (lima) lainnya yang tidak saya rekognisi ialah Teori Post Modern dan Statistik Sosiologi.

Beberapa mata kuliah yang telah saya sebutkan diatas memiliki beberapa persamaan dengan program Pejuang Muda yang sudah saya lakukan. Pada program ini kurang lebih ada dua tugas prinsipal yang harus kami kerjakan dan selesaikan yaitu melakukan Verifikasi dan Validasi (verivali) Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan mengerjakan Team Based Project. Yang pertama, untuk sistem VeriVali DTKS ialah door to door ke rumah masing-masing Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dibeberapa Kapanewon (sebutan Kecamatan untuk wilayah DIY) di Kabupaten Bantul yang mendapatkan program bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Saat menemui KPM kami selaku Pejuang Muda akan mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah terdapat dalam sebuah aplikasi sekaligus memasukkan jawabannya. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengukuran pada tingkat perekonomian KPM dan berusaha mencari permasalahan yang selama ini dirasakan oleh para KPM guna mendukung upaya pemerintah untuk melakukan pengentasan garis kemiskinan penduduk Indonesia terkhususnya di Bantul, Yogyakarta. Adapun selama 50 (lima puluh hari) saya melakukan VeriVali dilapangan berhasil melakukan input DTKS kepada 540 KPM. Dari ratusan KPM yang berhasil saya wawancarai, terdapat beragam respon yang berbeda pula hal ini karena ada diantara mereka yang menyambut kehadiran kami dengan baik dan ada pula diantara mereka yang menolak kedatangan kami. Saya mendapatkan banyak pelajaran berharga tiap kali turun lapangan, terutama betapa pentingnya rasa syukur.

Selanjutnya saya juga harus melakukan Team Based Project sebagai laporan akhir kegiatan Pejuang Muda, hal ini tentu berbeda dengan VeriVali. Team Based Project ini memiliki kesinambungan dengan kegiatan pengabdian masyarakat, hal ini karena keduanya sama-sama merancang sebuah program yang dapat berguna bagi masyarakat yang membutuhkan. Namun yang membedakan proyek ini dengan pengabdian pada umumnya ialah sasaran kegiatannya, pada Team Based Project menjadikan KPM dari wilayah yang terpilih di Kabupaten Bantul untuk ikut serta dalam sebuah program kepelatihan. Tim PM Bantul selaku panitia dan pelaksana kegiatan mengambil judul Peningkatan Kapasitas KPM Melalui Inovasi Culinary Art dan Pengelolaan Sampah Keluarga di Kapanewon Pajangan, Bantul. Pengambilan judul ini telah melalui berbagai pertimbangan termasuk persetujuan dari mentor dan instansi-instansi terkait seperti Pemerintah Daerah Setempat, Dinas Sosial Bantul, Gowasari Training Center yang telah terlaksana pada 16 Desember 2021 lalu. Adapun tujuan dari kepelatihan ini ialah untuk meningkatkan pengetahuan dan Culinary Art Skill Penerima KPM di Pajangan, Bantul dan untuk mengetahui cara mengelola limbah keluarga yang baik dan benar menjadi eco enzyme di Pajangan, Bantul. Dengan begitu diharapkan kegiatan kepelatihan culinary art yaitu pudding art dan juga olahan sampah keluarga dari eco enzyme menjadi pupuk organik, sabun mandi, handsinitizer hingga sabun cuci muka dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas masyarakat terkhususnya para KPM untuk dapat memulai bisnis dari dua jenis produk yang inovatif tersebut.

Dengan berbagai penjelasan singkat mengenai program kerja Pejuang Muda selama dua bulan terakhir ini saya memiliki beberapa tujuan beserta beberapa manfaat yang selama ini saya harapkan dan rasakan melalui program Pejuang Muda:

  1. Sudah beberapa tahun ke belakang saya menghabiskan waktu perkuliahan bahkan waktu senggang dirumah karena pandemi Covid-19 jadi setelah mengetahui ada sebuah program yang langsung turun lapangan ke masyarakat untuk membawa misi perubahan nyata di masyarakat saya langsung memutuskan untuk mendaftar dan ingin menambah pengalaman.
  2. Komponen-Komponen yang ditawarkan dalam program Pejuang Muda Kampus Merdeka memiliki relevansi terhadap minat saya dibidang sosial dan memiliki irisan dengan program studi yang saat ini tengah saya tempuh yaitu Sosiologi.
  3. Dengan nama Kementerian Sosial maupun Kampus Merdeka yang sudah besar dan memiliki pengaruh tersendiri di tengah masyarakat diharapkan dapat membantu menyebar luaskan program-program baik dari berbagai platformmedia sosial (social/ digital campaign, instagram, whatsapp, tiktok, dsb) guna membawa perubahan sosial dalam upaya percepatan pengentasan garis kemiskinan penduduk Indonesia.
  4. Program Pejuang Muda berpegang pada nilai yang relevan untuk perkembangan mahasiswa dan perubahan sosial di masyarakat. Terkhususnya program ini berfokus pada perbaikan kondisi masyarakat pasca-bencana, masyarakat di kantong kemiskinan, komunitas adat terpencil, maupun kelompok masyarakat umum yang membutuhkan.
  5. Melalui program Pejuan Muda saya bertemu dengan banyak orang hebat yang dapat menambah jejaring sosial maupun memperluas kemitraan khusunya pada bidang sosial. Selain itu saya juga dapat mengasah skill dalam bidang komunikasi, kerja tim, pengembangan diri, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial.

Saya berharap program Pejuang Muda ini dapat dilanjutkan pada tahun-tahun selanjutnya karena memiliki tujuan yang baik untuk membawa perubahan sosial. Dan tentunya yang paling penting program-program Pejuang Muda dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya pemerintah dalam mempercepat pengentasan garis kemiskinan penduduk. Kemudian untuk diri saya, kegiatan yang beberapa bulan ke belakang ini saya lakukan dapat menambah kepekaan saya terhadap isu-isu sosial dilingkungan sekitar dan merencanakan upaya-upaya penyelesaian permasalahan sosial. Dan selanjutnya untuk mahasiswa sosiologi yang belum mengikuti program MBKM lainnya dapat mencoba untuk mendaftar karena banyak pelajaran dan pengetahuan baru yang mungkin akan kita ingat seumur hidup. Saya dapat mengatakan hal ini karena beragam hal-hal menarik yang saya temui selama melakukan program Pejuang Muda yang selama ini belum saya temui di dalam kelas.

Penulis : Sekar Mutiara Rachmi Putri Setyawan

Editor : Novel Adryan Purnomo

Add a Comment

Your email address will not be published.