Kelas Pertama Sosiologi Masyarakat Jawa FISIP UNS Sukses Adakan Diskusi Publik Diaspora Masyarakat Jawa di Dunia

SOSIO FISIP UNS (4/1)- Mata kuliah Sosiologi Masyarakat Jawa di Program Studi Sosiologi FISIP UNS menjadi kelas pertama yang diselenggarakan pada semester Ganjil tahun 2021. Kelas ini dibuat untuk lebih mendalami praktik analisis sosiologi di lingkungan sekitar kita yaitu suku dan etnis Jawa. Melalui kelas ini mahasiswa diajak untuk menganalisis dan mengenali dirinya sendiri secara sosiologis. Dari analisis ini mahasiswa diharapkan akan lebih mudah untuk menganalisis karakteristik masyarakat secara luas. Jumlah mahasiswa di kelas pertama ini adalah antara lain Novel Adryan Purnomo, Valinda Calonica Rosidi, Selfi Khairunnisa, Risqi Melina, Oktridita Saraswati, Silvani Adiningtyas, Fitriana Kurnia Wati, Risma Nur Chamidah dan Daniel Ananta Bagaskara. Kelas diampu oleh dosen pengampu yang handal dalam bidangnya yaitu Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si.

Perkuliahan Sosiologi Masyarakat Jawa diisi dengan 2 jenis perkuliahan yaitu tatap muka atau materi dan project based learning. Pertemuan pertama hingga delapan diisi dengan materi-materi untuk mengenal secara mendasar karakteristik masyarakat Jawa mulai dari aspek sosial, religi, mistisisme dan lain sebagainya. Sedangkan pada pertemuan kesembilan hingga keenambelas mahasiswa diberikan projek kerja untuk membuat diskusi publik mengenai Diaspora Masyarakat Jawa. Dalam proses perencanaan mahasiswa diberi kebebasan untuk merencanakan tanggal dan konsep acara yang akan digelar. Mahasiswa juga melaksanakan riset awalan dengan melakukan wawancara dengan Diaspora Masyarakat Jawa yang tinggal di luar Indonesia. Setelah menyusun laporan penelitian, mahasiswa melakukan persiapan tanggal dan teknis acara diskusi publik yang bertajuk “Ringgitan”.

Diskusi Publik Diaspora Masyarakat Jawa “Ringgitan” dilaksanakan pada Senin, 3 Januari 2022 pukul 20.00 hingga 22.00 WIB. Diskusi dibuka dengan sambutan oleh Kepala Program Studi Sosiologi FISIP UNS, Dr. Argyo Demartoto, M.Si. Acara ini turut menghadirkan pembicara yang handal dalam bidangnya yaitu Akhol Firdaus, S.Ag., M.Pd., Direktur Laboratorium of Institute for Javanese Islam Research UIN SATU Tulungagung serta Diaspora Masyarakat Jawa asal Solo yang tinggal di Jerman yaitu Windi Martanto. Diskusi dilaksanakan secara daring dengan total peserta 30 orang yang berasal dari kalangan mahasiswa, alumni dan pecinta budaya Jawa dan dipimpin oleh moderator salah satu mahasiswa Sosiologi Masyarakat Jawa, Fitriana Kurnia Wati. Akhol Firdaus menyampaikan tentang riset yang pernah dilakukannya pada Diaspora Masyarakat Jawa yang ada di Suriname. Beliau menjelaskan mengenai terbentuknya konsep Kiblat Kulon dan Kiblat Wetan pada kelompok Abangan dan Santri yang ia kelompokkan dalam 3 generasi. Beliau menyampaikan bahwa konsep pelestarian nilai budaya Jawa dan penerapannya pada kehidupan sosial sehari-hari menemui berbagai perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan polarisasi dari berbagai generasi Diaspora Jawa di Suriname. Generasi kedatangan pertama dan kedua masih sangat memegang Budaya Jawa dan hanya membawa pindah budaya tersebut sebagai perilaku hidup di negara yang baru. Namun, perilaku ini tidak diikuti penyesuaian dengan lingkungan baru di Suriname sehingga ada beberapa konsep pikir yang masih keliru dan belum fleksibel. Berbeda dengan Diaspora Jawa di Suriname yang datang di generasi kedua dan ketiga yang beberapa diantaranya sengaja dikirim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mereka. Mereka yang dianggap sebagai kelompok Santri ini sudah memiliki bekal pengetahuan sehingga dapat menyesuaikan perilaku dengan lingkungan baru tanpa mengurangi praktik pelestarian budaya Jawa yang mereka miliki. Permasalahan kemudian muncul ketika generasi kedua dan ketiga ini bermigrasi ke negara yang lebih baru yaitu Belanda. Mereka menjadi cenderung menganggap bahwa kampung halaman atau Jawa yang ada dipikiran mereka adalah Suriname sedangkan Jawa di Indonesia dianggap sebagai tempat lain.

Di sisi lain, diskusi menjadi lebih hidup dengan penyampaian beberapa paparan dari Windi Martanto, Diaspora Jawa di Jerman. Beberapa pertanyaan dilontarkan kepada beliau sebagai bentuk konfirmasi pembanding kehidupan sosial dan realitas yang dialami Diaspora Jawa di negara lain. Hasilnya, memang diperlukan fleksibilitas dalam berperilaku karena lingkungan baru mungkin tidak akan berhasil ditaklukan jika masyarakat menerapakan nilai dari lingkungan lama sepenuhnya sehingga masyarakat juga harus terbuka oleh keadaan dan budaya yang baru. Acara ditutup dengan sesi diskusi dari pertanyaan dan tanggapan dari para partisipan dan juga foto bersama. Melalui acara ini diharapkan kelas Sosiologi Masyarakat Jawa yang pertama dapat menjadi pelopor bagi kelas-kelas berikutnya. Selain itu, diharapkan melalui acara ini Program Studi Sosiologi FISIP UNS semakin sukses mencapai setiap capaian pembelajarannya melalui salah satu metode pembelajaran project based learning.

 

Penulis : Novel Adryan Purnomo

Add a Comment

Your email address will not be published.