Metode Design Thinking dalam mengidentifikasi permasalahan Transformasi digital:  “Penambahan Fitur Registrasi dalam Rancang Bangun Sistem Informasi PMI Bantul (SIPMBA)”

Era modernisasi ditandai dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang sangat pesat. Di zaman yang semakin canggih, semua orang dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada. Peran teknologi saat ini menjadi hal penting yang diterapkan di dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Salah satu cara untuk mengikuti perkembangan teknologi adalah dengan transformasi digital. Transformasi digital merupakan perubahan pemikiran, bagaimana kemampuan yang kita miliki bisa kita gunakan di era digital. Proses transformasi digital diawali karena adanya disrupsi data atau digital tsunami, ada juga karena situasi virus Covid-19  dimana semua orang harus melakukan semua kegiatan di rumah secara online. Transformasi digital berperan penting untuk mengikuti perkembangan zaman terutama pada pemerintahan dan layanan publik, serta dapat menghadirkan produk-produk yang inovatif agar tidak ketinggalan zaman.

Melalui Program Magang dan Studi Independen (MSIB) di Perkumpulan Sosial Ekonomi Akselerator Lab atau Social Economic Accelerator Lab (SEAL). Falenzhika Indah (D0320935) mahasiswa Program Studi Sosiologi FISIP UNS berkesempatan untuk mengikuti program Studi Independen Digital Transformation in The Government and Public Sector. SEAL sendiri merupakan sebuah pengembangan bisnis strategis antara Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari dengan Amazon Web Services (AWS). Inisiatif SEAL, yang dimulai di bulan April 2021, memiliki misi untuk mempercepat transformasi digital, khususnya di bidang cloud computing (komputasi awan), bidang pemerintahan (public sector), dan institusi pendidikan. SEAL melakukan inkubasi startup-startup digital dan program percepatan transformasi digital, baik bersama pemerintah provinsi maupun daerah. SEAL juga berkolaborasi dengan stakeholders penta-helix dan industri-industri terkemuka di Indonesia.

Program MSIB di SEAL sendiri tercatat diikuti oleh mahasiswa seluruh Indonesia dengan pembagian kelompok-kelompok per daerah seperti Manado, Semarang, Jakarta, Bandung, Banyuwangi, Malang, Bali, dan Jogja. Tiap kelompok kota diisi oleh 25 orang mahasiswa. Para mahasiswa peserta magang ini diajak untuk memberikan inovasi seputar transformasi digital dalam lingkup pemerintah dan sektor publik dengan menggunakan design thinking. Metode ini sendiri merupakan sebuah proses memahami masalah, yang kemudian dari masalah tersebut dicari pemecahan masalahnya. Pemberian materi dilakukan secara luring dan daring di masing-masing kelompok daerah atau kota.

SEAL memiliki kurikulum pembelajaran yang dibuat sesuai dengan misinya yaitu untuk mempercepat transformasi digital. Transformasi digital disini sebagai proses menggunakan teknologi digital untuk menciptakan atau memodifikasi proses bisnis dan budaya untuk memenuhi perubahan kebutuhan. Transformasi digital meliputi infrastruktur, layanan pemerintah, kesehatan, pendidikan, perdagangan, perdesaan, UMKM, bansos, industri 4.0, literasi digital masyarakat, sumber daya digital, keamanan siber.

Solusi terbaik yang dapat digunakan atas sebuah masalah dirumuskan dengan design thinking, setidaknya ada lima tahapan yang harus dilalui dalam proses berpikir design thinking. Urutan proses design thinking yaitu: Empathize, Define, Ideation, Prototype, dan Testing. Dengan menggunakan metode design thinking, pada bagian akhir pemberian materi disampaikan, bahwa para mahasiswa peserta harus terjun ke lapangan. Di sana, tim dituntut untuk mencari lembaga pemerintah atau lembaga non-profit (LSM, atau sejenis) dan mencari permasalahan di seputar isu transformasi digital.

Bantu Sistem Layanan PMI Bantul, Peserta MSIB Kampus Merdeka Ciptakan SIPMBA untuk mempermudah Donor Darah

Falenzhika termasuk dalam tim kelompok 3 Jogja, mengambil Isu transformasi digital dengan tema “Smart City” di bidang kesehatan dalam program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Kampus Merdeka ciptakan SIPMBA. Mengimplementasikan materi yang diterima selama pembekalan di SEAL bagi salah satu lembaga kesehatan, yakni PMI Bantul. Di sana, tim merancang sistem dengan gagasan utama smart city untuk efektivitas dan efisiensi tata kerja PMI Bantul, utamanya dalam hal donor darah.

Latar belakang dipilihnya Palang Merah Indonesia (PMI) Bantul karena sistem pendaftaran donor darah di PMI Bantul masih manual. Selain itu, tim menemukan, bahwa PMI Bantul punya target mendapatkan 700 kantong darah per bulan. Darah-darah ini, kemudian akan disalurkan kepada tujuh rumah sakit yang berada di Bantul. Fakta lain mengapa PMI Bantul krusial juga karena Bantul merupakan daerah dengan tingkat kecelakaan paling tinggi di antara empat Kabupaten/Kota lainnya di DIY, sehingga donor darah sangat dibutuhkan. Berawal dari latar belakang inilah, mengapa tim memilih PMI Bantul sebagai lembaga yang dijadikan lokasi magang.

Sebelumnya, PMI Bantul telah memiliki tim pengelola teknologi informatika (IT). Tim ini bertanggungjawab mengelola semua jobdesk yang berkaitan dengan teknologi-informasi,  termasuk input data donor darah dan juga sosial media (perlu diketahui, jumlah tim IT hanya 1 orang). Tim 3 Jogja memandang ini sebagai masalah. Krusialnya PMI Bantul dalam menjadi pusat informasi seputar donor darah dan penyuplai darah (salah satu) terbesar, seharusnya diikuti dengan pengelolaan yang lebih baik. Dengan menggunakan metode Design Thinking dalam menggali permasalahan, Tim 3 Jogja sepakat untuk membuatkan tambahan fitur pendaftaran di website PMI Bantul untuk mempermudah tim IT dalam menginput data pendonor.

Dalam sistem berbasis website yang telah dikembangkan bernama SIPMBA (Sistem Informasi PMI Bantul), nantinya para pendonor cukup melakukan registrasi donor darah melalui website ini. Hasil registrasi, kemudian akan langsung tersimpan ke dashboard admin petugas IT dalam data berbentuk PDF/Excel. Kemudian, data ini dapat langsung dapat diunggah ke database PMI Pusat.

Adanya SIPMBA ini dapat bermanfaat bagi petugas PMI Bantul untuk menambah efisiensi kerja. Mereka tidak perlu kerja dua kali (input manual dan unggah ke database) sehingga menjadi lebih cepat. Sementara manfaat untuk masyarakat dapat mempermudah akses informasi di PMI Bantul dan perkembangan terkait data donor darah juga lebih cepat diakses. Output dari tim kelompok 3 Jogja ini selain pembuatan website PMI Bantul kami juga membuat publikasi ilmiah dengan judul “Penambahan Fitur Registrasi dalam Rancang Bangun Sistem Informasi PMI Bantul (SIPMBA)”

Pengalaman yang didapatkan dalam program Magang dan Studi Independent Kampus Merdeka ini sangat membantu sekali untuk mengasah soft skill dan hard skill. Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk belajar tentang IT, meskipun berasal dari jurusan sosial humaniora. Dengan adanya program ini membuat para mahasiswa dengan bebas mencari pengalaman baru di luar kampus sebagai bekal pasca kampus.

Falenzhika Indah (D03120035)