Mengulik Lebih Dalam Gagasan Pendidikan Paulo Freire

SOSIO FISIP UNS (11/4)-Kuliah pakar Program Studi Sosiologi FISIP UNS kembali hadir dengan judul Reading Critically, Engaging Emancipatively: A Vision of Paulo Freire. Dimoderatori oleh Jessica Janny Sucanti, mahasiswa Sosiologi FISIP UNS angkatan 2019, acara ini berlangsung pada Senin, 11 April 2022 pukul 08.00-10.00 WIB. Acara dibuka dengan sambutan dari Dr. Argyo Demartoto, M.Si selaku Kepala Program Studi Sosiologi FISIP UNS. Kuliah pakar kali ini mengundang Dr. Azhar Ibrahim Alwee, dari Department of Malay Studies National University of Singapore dengan materi berjudul Membaca Kritis, Memihak Emansipatif Gagasan Pendidikan Paulo Freire.

Diawal pemaparan, Dr. Azhar menyampaikan tentang biografi dari Paulo Freire. Freire lahir di Recife, Brasil dan berasal dari keluarga kelas menengah yang memiliki masalah finansial. Kondisi ini membuatnya memahami dan mendalami kemiskinan dalam masyarakat. Ia kemudian menjadi bagian dari departemen pendidikan dan berusaha untuk meningkatkan literasi membaca dan menulis untuk membuka pemahaman dan kesadaran. Beberapa karya Freire yang terkenal antara lain Freire, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. New York, Continuum; Freire, P. (1970). Cultural Action for Freedom. [Cambridge], Harvard Educational Review; Freire, P. (1973). Education for Critical Consciousness. New York, Seabury Press; Freire, P. (1975). Conscientization. Geneva, World Council of Churches; Freire, P. (1976). Education, the Practice of Freedom. London, Writers and Readers Publishing Cooperative; Freire, P. (1978). Pedagogy in Process: The Letters to Guinea-Bissau. New York, A Continuum Book: The Seabury Press; Freire, P. (1985). The Politics of Education: Culture, Power, and Liberation. South Hadley, Mass., Bergin & Garvey; Freire, P. and D.P. Macedo (1987). Literacy: Reading the Word & the World. South  Hadley, Mass., Bergin & Garvey Publishers; Freire, P. (1993). Pedagogy of the City. New York, Continuum; Freire, P. and A.M.A. Freire (1994). Pedagogy of Hope: Reliving Pedagogy of the Oppressed. New York, Continuum; Freire, P. and A.M.A. Freire (1997). Pedagogy of the Heart. New York, Continuum; Freire, P. (1998). Pedagogy of Freedom: Ethics, Democracy and Civic Courage. Lanham, Rowman & Littlefield Publishers dan Freire, P. (1998). Teachers as Cultural Workers: Letters to Those Who Dare Teach. Boulder, Colo., Westview Press.

Ada beberapa konsep pemikiran Freire yang dijelaskan Dr. Azhar diantaranya dehumanisasi, alienasi, keberpihakan, dialog dan pendidikan yang emansipatif. Berbagai penjelasan Dr. Azhar mengerucut pada kesimpulan bahwa Freire menekankan sebuah kesadaran dan kekuasaan atas diri. Kiprahnya di dunia akademisi membawa Freire banyak membahas terkait pendidikan dan pedagogi. Bagi Freire, dominasi dari sebuah kelompok mengarah pada dehumanisasi yang menjadi permasalahan baru bagi kemanusiaan. Dalam bahasan alienasi, Dr. Azhar menjelaskan hubungan antara penindas dan tertindas. Di mana tertindas akan berusaha untuk menyerupai atau meniru perilaku penindas sebagai sebuah Pedagogy of Freedom. Selanjutnya, beliau menjelaskan terkait konsep pengetahuan dan kebajikan atau etika sebagai sesuatu yang melekat pada diri manusia namun perlu untuk dicari. Konsep selanjutnya adalah keberpihakan. Bagi Friere, ilmu pengetahuan tidak bersifat netral melainkan condong pada sesuatu. Oleh karena itu, sebuah kewaspadaan perlu muncul untuk kritis terhadap ideologi dominan yang berkonotasi positif atau banyak dianggap benar. Dialog menjadi bagian penting untuk memperoleh konsep pemikiran kritis pada sebuah obyek sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan. Selanjutnya Dr. Azhar mencontohkan fenomena pendidikan ala tabung (banking education). Konsep pendidikan ala tabung tidak sesuai dengan konsep Freire mengenai dialog, keberpihakan dan bertolak belakang dengan konsep-konsep tersebut. Pendidikan ala tabung hanya menempatkan siswa sebagai obyek untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru sebagai pemberi ilmu pengetahuan.

Pemaparan materi Dr. Azhar cukup menarik bagi peserta kuliah pakar 3. Banyak pertanyaan yang diajukan pada sesi diskusi setelah pemaparan materi selesai. Salah satu pertanyaan berasal dari mahasiswa S2 Sosiologi UNS, Ika Agustina, S.Sos., terkait fenomena standarisasi pendidikan yang menciptakan ketimpangan serta kemunculan pendidikan alternatif sebagai sebuah solusi. Menanggapi pertanyaan tersebut, Dr. Azhar menyetujui bahwa memang fenomena dominasi pendidikan oleh struktur top-down tidak dapat dipungkiri. Pendidikan alternatif sebagai sebuah pengabdian bisa menjadi jawaban atas struktur ini. Beliau mencontohkan sistem pendidikan di Skandinavia yang mensyaratkan penentuan tujuan, keaslian, subyek yang terlibat dan harapan sebelum membentuk sebuah pendidikan alternatif. Dengan antusiasme peserta ini diharapkan kuliah pakar dapat terus dilakukan agar semakin banyak pengaruh bagi Program Studi Sosiologi maupun masyarakat luas.

 

Penulis : Novel Adryan Purnomo (11/04/22)

Add a Comment

Your email address will not be published.